Sebuah novel sederhana, semoga menginspirasi..
Episode#1
Gemuruh suara itu seakan
membuyarkan suasana keheningan malam di sekitar Kota Baturetno, kota kecil di
daerah Wonogiri, Jawa Tengah. Ternyata, kota kecil itu diguncang gempa dahsyat,
seluruh orang berhamburan keluar mencari tempat yang jauh dari bangunan untuk
menghindari reruntuhan.
Begitu pula dengan Aminah, wanita
separuh baya itu berpegang teguh pada sebatang pohon Pisang sembari berteriak
panik. Suaminya yang sedang bertugas keluar kota, membuat Aminah semakin kebingungan
harus melakukan pada waktu itu. Abu Umar, seorang pegawai di Perusahaan swasta
memang sering meninggalkan rumah untuk menunaikan kewajibannya sebagai abdi
masyarakat.
Gempa pun mereda, Aminah yang
tengah hamil tua duduk menenangkan diri sembari menghela nafas lega. Di rumah
dinas yang tak terlalu lebar itu, ia tinggal bersama suaminya, jauh dari
keluarganya. Satu jam, ketika ditempuh dengan sepeda motor. Tapi sayang, untuk
menghidupi keluarga kecilnya, mereka belum sempat membeli sepeda motor, hanya
motor butut milik perusahaan suaminya yang bisa mereka gunakan.
Memang sejak setahun ini, Abu
Umar dipindah tugaskan ke daerah Baturetno untuk menunaikan tugas disana, “Biar
Abu bisa berkembang cepat disana, pangkatnya biar cepat naik.” Kata Pak Rahmat,
supervisor perusahaan tersebut.
Abu memang merupakan pekerja
keras, anak sulung dari 5 bersaudara ini sejak masa sekolahnya sudah mau ikut
bekerja untuk memenuhi kehidupannya. Sebelum sekolah ia sempatkan membantu
Ayahnya untuk mencangkul sawah, karena memang ia hanya anak petani musiman. Ia
melanjutkan studi k SMK, karena ayahnya tak mampu membiayai untuk Kuliah. Jarak
20 Km tak menjadi rintangan baginya, meski tidak memiliki kendaraan sendiri. Ia
juga tak pernah melewatkan Solat sejak masuk SMK. Tak pelak ketika sekarang ia
menjadi anak kesayangan di Perusahaannya karena kinerjanya yang Rajin.
Ia menyukai Aminah sejak SD,
memang keduanya sudah saling mengenal, karena mereka tinggal di satu desa,
hanya dipisahkan sawah yang membentang. Sempat aminah dijodohkan dengan Polisi,
Guru, PNS, memang paras Aminah cukup cantik untuk ukuran remaja saat itu.
Tetapi Jodoh yang mempertemukan mereka sampai sekarang.
Kehidupan sederhana mereka Jalani
di Rumah dinas yang sederhana pula, layaknya seorang pasangan yang sedang
merindukan Anak pertamanya, mereka mempersiapkan segala sesuatu untuk kelahiran
Penerus keluarga tersebut. Memang dokter mendiagnosa bahawa anak tersebut
berjenis kelamin laki-laki.
Akhirnya hari yang ditunggu tiba,
Minggu pagi, anak sulung mereka lahir di Rumah bersalin di Wonogiri. Sejak
seminggu yang lalu memang Aminah sudah pulang ke Wonogiri untuk mempersiapkan
kelahiran putra sulungnya. Seluruh keluarga sangat senang sekali melihat
kelahiran putra sulungnya.
Yusuf, itulah nama yang terbesit
di pundak Abu Umar setelah kelahiran putra sulungnya tersebut. Kehadiran Yusuf
membuat kehidupan keluarga Abu Umar menjadi semakin indah. Wajahnya yang lucu
membuat semua orang menyukai Yusuf. Tapi, kehadiran yusuf juga membuat Abu Umar
harus bekerja lebih keras untuk kehidupan anaknya.
“Yusuf ilang,, Yusuf ilaang”,
teriak Ibu Aminah di depan Kamarnya. Yusuf yang tadinya tidur pulas di kasur,
tiba-tiba menghilang. Kepanikan mendera rumah tersebut, seisi rumah mencari
Yusuf yang tiba2 menghilang. Tidak mungkin ia bisa jalan sendiri di usianya
yang masih 5 bulan. Ibu Aminah tak kuasa menahan tangisnya ketika hampir satu
jam Yusuf tak ditemukan. Akhirnya, mereka memutuskan memanggil paranormal untuk
mencari keberadaan Yusuf, siapa tau dipinjam setan, pikirnya. Memang saat itu
masyarakat masih percaya dengan adanya tabib atau dukun di desa mereka.
“Ketemuuu Ketemuuuu” teriak Sri,
adik dari Aminah dari kamarnya. Belum sempat mereka memanggil dukun, tapi Sri
ternyata sudah menemukan Yusuf. “Oaalaah,
Yusuf temangsang tibakke” (oalah, Yusuf ternyata tersangkut). Ternyata,
Yusuf tersangkut di Kelambu tempat tidurnya, masih tidur pulas dengan gedong yang masih melilit ditubuhnya.
Lucu sekali ketika melihat ia tidur, lesung pipinya menambah orang lain gemas
dengannya. “Untung ora ilang, tak kira
digondhol Tuyul” kata Ibu aminah sembari tersenyum lega. Yusuf, kecil-kecil
sudah membuat orang lain panik. Saat itu Abu Umar sedang tidak berada di
Wonogiri, memang setiap hari ia Bekerja di Baturetno, lalu pulang ke Wonogiri,
karena Yusuf masih bayi.
Umur 7 bulan, Yusuf dipindahkan
ke Baturetno, karena tuntutan tugas dari Abu Umar. Tidak cukup ongkos yang ia
gunakan untuk bolak-balik setiap harinya. Akhirnya, dengan motor butut milik
Abu Umar, mereka membawa Yusuf untuk menempuh pejalanan hampir dua jam saat
itu. Yusuf dikenakan penutup kepala, digendong oleh Aminah sambil membonceng
Abu Umar. Nasib yang kurang baik, sampai di tengah jalan ternyata hujan turun. Karena
mereka belum punya jas hujan, akhirnya mereka berhenti di emperan warung
pinggir jalan. “Wis terang, ayo geg
cepet. Selak udan meneh.” kata Abu Umar mengajak untuk bergegas melanjutkan
perjalanan saat Hujan mulai mereda.
Lagi-lagi mereka kurang
beruntung, motor butut yang dikenakan tidak bisa dinyakalan. Rupanya mlebheg terkena air hujan tadi. Mereka akhirnya
pasrah menunggu bantuan, saat itu mereka belum punya HP untuk menghubungi
keluarganya. Pertolongan Allah membantu mereka, mobil pick-up milik Pak Jono,
tetangga mereka di Baturetno lewat setelah mengangkut padi, akhirnya mereka menumpang
mobil itu sampai ke rumah dinasnya. Perjalanan yang harusnya 2 jam, menjadi 5
jam. Kehidupan memang tak bisa diduga dan dinyana.
Yusuf kecil hidup di Rumah Dinas
milik Abu Umar di Baturetno. Disana ia diasuh oleh tetangga-tetangganya yang
memang dekat dengan kehidupan Ibu Aminah. Kehidupan yang jauh dari keluarga tak
membuat Ibu Aminah kesepian, karena orang-orang kini sering main ke Rumah untuk
mengajak Yusuf bermain, momong istilah
bahasa jawanya. Yusuf kecil terkenal dengan gaya bicaranya yang halus
menggunakan bahasa Krama, karena
memang aminah mengajarkan Yusuf untuk sopan kepada orang yang lebih tua. Tak
ada yang tak suka dengannya.
..bersambung..
0 comments:
Post a Comment