Beberapa waktu ini, Indonesia
sedang dihangatkan dengan momentum lima tahunan, pergantian tongkat estafet
kepemimpinan di Indonesia. Pemilihan Presiden Republik Indonesia yang merupakan
pemimpin tertinggi di Negeri tercinta ini. Berbicara mengenai pemimpin,
Indonesia memiliki pemimpin yang luar biasa beberapa waktu yang lalu. Soekarno
dengan pemikiran dan tekad perjuangannya, Jenderal Soedirman dengan
kegigihannya dalam melawan penyakit untuk bergerilya melawan penjajahan,
Soeharto dengan REPELITA yang mampu membawa Indonesia Jaya, dan banyak pemimpin
di Indonesia yang patut kita jadikan teladan.
Ketika berbicara mengenai
filosofi kepemimpinan, ternyata Indonesia juga memiliki filosofi yang memiliki
makna yang cukup mendalam. Filosofi tersebut dijabarkan dalam tiga kalimat
berbahasa Jawa : : ”Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut
Wuri Handayani”. Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, yang
menciptakan filosofi ini saat mendirikan Taman Siswa sebagai tempat belajar
bagi pribumi pada masa penjajahan Belanda.
Pada awalnya filosofi ini
ditujukan kepada pendidik agar bisa menginspirasi, memberikan teladan dan
memotivasi siswanya. Namun filosofi ini ternyata sangat pas pula untuk seorang
pemimpin , karena sejatinya seorang pemimpin bersesuaian dengan figur seorang
guru yang mendidik murid-muridnya.
Apa
sih makna dari ketiga filosofi tersebut? Yuk kita bahas bersama.
1. Ing
Ngarsa Sung Tuladha
”Ing
Ngarsa Sung Tuladha” berarti dari depan
memberikan teladan. Seorang pemimpin merupakan orang yang akan dilihat oleh
seluruh orang yang dipimpinnya. Sehingga, sebagai pemimpin harus bisa menjadi
teladan, pembimbing, dan memberikan contoh kepada yang dipimpin. Ketika seorang
pemimpin itu di depan, ia tidak serta merta hanya memerintah. Seorang pemimpin
harusnya memberikan teladan dan tanggungjawab untuk membawa kepada visi bersama
yang telah direncanakan.
2. Ing Madya Mangun Karsa
”Ing
Madya Mangun Karsa” berarti di tengah menggugah
semangat. Seorang pemimpin dalam ketika
berada di tengah-tengah yang dipimpin harus bisa mengayomi, menjalin
kebersamaan, dan memotivasi untuk mencapai tujuan. Seorang pemimpin harus bisa
merangkul yang dipimpinnya, mau menerima kritik dan saran, serta mampu
menggugah semangat bersama untuk meraih visi bersama. Saat di tengah-tengah
pemimpin harus bisa membuat atmosfer organisasi menjadi positif, sehingga akan
muncul semangat bersama untuk saling memotivasi dalam mencapai tujuan yang
diinginkan.
3. Tut
Wuri Handayani
”Tut
Wuri Handayani” berarti dari belakang memberikan dorongan. Seorang
pemimpin juga harus bisa menempatkan diri di belakang untuk mendorong
individu-individu dalam organisasi yang dipimpinnya berada di depan untuk
memperoleh kemajuan dan prestasi. Pemimpin diharapkan mampu untuk mendidik dan
mengembangkan yang dipimpinnya agar terbentuk pula pemimpin-pemimpin baru
sehingga tercipta proses regenerasi. Sesuai dengan kata pepatah yang
menyebutkan Pemimpin yang baik adalah ia yang mampu menyiapkan pemimpin
selanjutnya yang lebih baik dari dirinya.
Dari tiga kalimat dalam filosofi di atas, kita dapat belajar bagaimana seharusnya seorang pemimpin itu memberikan sebuah peran kepada yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang baik harus bisa menempatkan diri dan peka terhadap lingkungan sekitar. Pemimpin harus bisa menempatkan diri di depan untuk memberikan teladan, di tengah untuk memberikan semangat, dan di belakang untuk memberikan dorongan, demi tujuan yang disepakati bersama.
Kita semua berharap Negeri
ini akan banyak memiliki pemimpin yang mampu benar-benar memimpin sesuai dengan
filosofi kepemimpinan tadi. Bukan pemimpin yang hanya mementingkan ego pribadi
dan golongan, tapi pemimpin yang mampu menginspirasi dan membawa Indonesia
menjadi lebih baik. Buat Ibu Pertiwi tersenyum dengan karya kita, mari menjadi
pemimpin yang luar biasa untuk Indonesia.
Gusnandar Yoga Utama
@yogautama23
0 comments:
Post a Comment